TUGAS
KELOMPOK TEKNIK KENDALI
Diagram
Bode
Anggota :
1.
Cahyo Khoirul
2.
Dedy Armanto
3.
Dewi Aningsih
4.
Muchlisa Renhoat
5.
Nur Mawardi Juli Kemis
Kelas : 4KB04
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
DIAGRAM
BODE
Diagram Bode merupakan
suatu fungsi alih sinusoida yang terdiri dari dua buah grafik yang terpisah,
magnitude dan yang satunya lagi merupakan diagram sudut fasa. Pada hasil
tampilan grafik diagram bode, bentuk sinyal dari fungsi sistem ditampilkan
dalam dua buah bentuk, yaitu berdasarkan magnitud dan phase. Pada tampilan
magnetud, terlihat bahwa sistem mengalami penurunan dari nilai 100dB
menuju 10-1 dB dan respon frekuensi dari 10-1 hingga
100 Hz. namun setelah melewati titik 100 dB,
respon sistem meningkat hingga melebihi 101 dB. Dari respon
phase juga terlihat efek dari peningkatan magnitude. Terlihat kestabilan dari
phase selama frekuensi 10-1 hingga mendekati 100.
perubahan phase hanya terjadi kurang lebih pada saat frekuensi 100Hz.
Phase kembali stabil setelah melewati frekuensi 100 Hz. Maka
sistem tersebut dapat dikatakan stabil karena selama sistem berjalan, terjadi
kestabilan pada phase sistem walaupun terjadi sedikit perubahan dan terjadi
peningkatan magnitude dari sistem.
Pada hasil tampilan
grafik nyquist, sinyal dari fungsi sistem berada pada sumbu x dari (-1,0)
hingga (9,0). Grafik fungsi sistem nyquist ini berawal dari sumbu negatif ke
sumbu positif. Untuk penguatan konstanta terlihat lebih
banyak di sebelah kanan (sumbu positif). Maka dari tampilan ini dapat diketahui
bahwa fungsi sistem tersebut merupakan sistem yang stabil.
Pada
hasil tampilan grafik diagram bode, bentuk sinyal dari fungsi sistem
ditampilkan dalam dua buah bentuk, yaitu berdasarkan magnitud dan frekuensi.
Pada tampilan magnetud, terlihat bahwa sistem mengalami peningkatan dari nilai
100 dB menuju 101 dB dan respon frekuensi dari
10-1 hingga 100 Hz. namun setelah melewati
titik 101 dB, respon sistem menurun hingga melebihi 10-2 dB
pada frekuensi sudut 101rad/s. Dari respon frekuensi juga terlihat
efek dari penurunan nilai magnitude, frekuensi dari sistem mengalami penurunan
drastis. Walaupun pada awalnya sistem mengalami penurunan phase sedikit dan
mengalami peningkatan phase disaat berada pada frekuensi 100 Hz,
namun terjadi penurunan phase dari sistem. Maka sistem tersebut dapat dikatakan
kurang stabil karena selama sistem berjalan, phase mengalami penurunan yang
drastis dalam artian tidak penyeimbangan terhadap set-point yang diinginkan.
Pada
hasil tampilan grafik nyquist, sinyal dari fungsi sistem berada pada sumbu x
negatif dan tanpa pole dan zero. Maka dari tampilan ini dapat diketahui bahwa
fungsi sistem tersebut merupakan sistem yang kurang stabil.
Karakteristik respon
frekuensi sistem kontrol dengan fungsi alih sinusoidal dicirikan oleh besar dan
sudut fasa, dengan frekuensi sebagai parameternya.
Ada tiga jenis
penyajian :
1. Diagram Logaritmik
atau Diagram Bode
2. Diagram Polar
3. Diagram Log Besar
terhadap Fasa.
Fungsi alih sinusoida dapat disajikan dengan dua diagram yang
terpisah:
a. Diagran besar terhadap
frekuensi
b. Diagran sudut fasa
terhadap frekuensi
Keduanya digambar
terhadap frekuensi dalam skala logaritmik.
Satuan yang digunakan
dalam penyajian logaritmik adalah decibel (db): db = 20 log10
|G(jw)|. Kurva-kurva digambarkan pada kertas semilog, dengan menggunakan skala
log untuk frekuensi dan skala linier untuk besar (dalam dB) atau sudut fasa
(dalam derajat). Kelebihan utama penggunaan diagram logaritmik adalah bahwa
perkalian dapat diubah menjadi penjumlahan. Penentuan fungsi alih secara
eksperimental dapat dipermudah jika data respon frekuensi disajikan dalam
bentuk diagram logaritmik. Penyajian logaritmik berguna dalam menunjukkan
karakteristik fungsi alih baik pada frekuensi rendah maupun pada frekuensi
tinggi dalam satu diagram.
Faktor-faktor
Dasar dari G(jw)H(jw)
Faktor-faktor dasar yang
sangat sering terdapat pada suatu fungsi alih sembarang G(jw)H(jw) adalah:
1. Penguatan K
2. Faktor integral dan
turunan (jw)±1
3. Faktor orde pertama (1
+ jwT)±1
4. Faktor kuadratik [1 +
2 z(jw/wn) +
(jw/wn)2]±1
Buat bentuk umum
setiap G(jw)H(jw) dengan membuat sketsa kurva untuk setiap faktor dan menyusun
diagram logaritmik gabungan dengan menjumlah kurva-kurva individual secara
grafis (penjumlahan logaritma penguatan berkaitan dengan mengalikan). Proses
untuk mendapatkan diagram logaritmik selanjutnya dapat disederhanakan dengan
menggunakan pendekatan asimtotik pada kurva untuk setiap faktor.
Faktor
Penguatan K
Setiap angka yang
lebih besar dari satu mempunyai harga positif dalam decibel, sedangkan angka
yang lebih kecil dari satu mempunyai harga negatif. Kurva log-besar untuk suatu
penguatan K yang konstan merupakan garis lurus horisontal dengan besar 20 log K
db. Sudut fasa dari penguatan K adalah nol. Pengaruh perubahan penguatan K pada
fungsi alih adalah menaikkan atau menurunkan kurva log-besar dari fungsi alih
tersebut sesuai dengan besar 20 log K , tetapi tidak mempunyai pengaruh pada
sudut fasa. Gambar berikut memperlihatkan garis konversi bilangan-decibel
dimana harga decibel setiap bilangan dapat diperoleh dari garis ini.
Jika bilangan membesar
dengan faktor 10, maka harga decibel membesar dengan faktor 20. Bisa dibuktikan
dengan
20 log (K x 10n)
= 20 log K + 20n
Kebalikan suatu
bilangan :
20 log K = - log (1/K)
Faktor
Integral dan Turunan (jw)±1
Besar logaritmik dari
1/jw dalam db adalah :
20 og |1/jw| = -20 log
w db
Sudut fasa dari 1/jw
adalah konstan (-90°). Pada diagram logaritmik, perbandingan frekuensi
dinyatakan dalam bentuk oktaf atau dekade. Oktaf adalah pita frekuensi dari w1
sampai 2 w1 , dimana w1 adalah suatu harga frekuensi
sembarang. Dekade adalah pita frekuensi dari w1 sampai 10w1
dimana w1 juga merupakan suatu frekuensi sembarang. Pada kertas
semilog, setiap perbandingan frekuensi dapat dinyatakan dengan jarak horisontal
yang sama. Misalnya jarak horisontal dari w = 1 sampai w = 10 sama dengan jarak
horisontal dari w = 3 sampai w = 30. Jika log besar -20 log w db digambar
terhadap w pada skala logaritmik, akan diperoleh suatu garis lurus. Karena:
(-20 log 10 w) db =
(-20 log w -20) db
Maka kemiringan garis
tersebut adalah:
-20 db/dekade atau
-6 db/oktaf
Dengan cara yang sama,
log besar dari jw dalam db adalah:
20 og |jw| = 20 log
w db
Sudut fasa dari jw
adalah konstan (90°). Kurva log-besar tersebut merupakan suatu garis lurus
dengan kemiringan 20 db/dekade. Gambar berikut menunjukkan kurva respon
frekuensi masing-masing untuk 1/jw dan jw.
Kedua log-besar
tersebut menjadi sama dengan 0 db pada w=1. Fungsi alih mengandung faktor
(1/jw)n atau (jw)n , maka besar log-besar masing-masing
menjadi:
Atau
Selanjutnya kemiringan
kurva log-besar masing-masing adalah -20n db/dekade dan 20n db/dekade. Sudut
fasa dari (1/jw)n adalah -90° x n di seluruh daerah frekuensi,
sedangkan sudut fasa dari (jw)n adalah 90° x n di seluruh daerah
frekuensi.
Faktor Orde Pertama
(1+jwT)±1
Log-besar dari faktor
orde pertama : adalah
Untuk frekuensi rendah, w << 1/T ,
log-besar dapat didekati dengan:
Jadi kurva log-besar
untuk frekuensi rendah konstan 0 db.
Untuk frekuensi tinggi, w >> 1/T
Pada w=1/T à log-besar = 0 db;
pada w=10/T à log-besar = -20
db (-20 db/dekade).
Jadi harga -20 log wT
mengecil 20 db setiap dekade dari w. Untuk w >> 1/T, kurva log-besar
menjadi suatu garis lurus dengan kemiringan -20 db/dekade (-6 db/oktaf). Penyajian
logaritmik kurva respon frekuensi dari faktor : 1/(1+jwT) dapat didekati dengan
dua buah garis lurus asimtot:
- Garis lurus 0 db untuk
daerah frekuensi 0 < w < 1/T
- Garis lurus dengan
kemiringan -20 db/dekade (1/T < w < ¥).
Frekuensi pada
perpotongan dua asimtot disebut frekuensi patah (break/corner frequency), yaitu
w = 1/T. Frekuensi patah membagi kurva respon frekuensi menjadi dua daerah:
frekuensi rendah dan frekuensi tinggi.
Sudut fasa dari
faktor 1/(1 + jwT) adalah f = - tan-1
wT
Pada frekuensi nol, sudut fasa f=0. Pada frekuensi
patah, sudut fasanya adalah
Di titik tak
terhingga, sudut fasa f=-90°. Karena sudut
fasa dinyatakan oleh fungsi tangen balik, maka sudut fasa akan simetrik pada
titik infleksi di f=-45°.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar